Minggu lalu, aku dilanda kesedihan karena baru kehilangan sahabat SMA. Dia sempat menjadi penyintas kanker payudara tapi belakangan ditemukan kembali kanker di organ hatinya.
Hal tersebut membuatku menjadi perlu tahu mengenai kanker khususnya kanker payudara melalui SORELLA Pink Talk: Breast Cancer Awareness beberapa waktu lalu dengan narasumber dr. Ratna dari RSIA Budhijaya.
Sebagai perempuan, kita harus bersyukur karena dianugerahi organ tubuh yang indah seperti payudara dan unik seperti rahim. Tidak hanya indah dan unik, payudara dan rahim harus dijaga dengan baik.
Kita tahu kan kalau tubuh manusia terdiri dari sel-sel? Nah kanker merupakan jaringan sel yang bertumbuh tidak dengan seharusnya. Kanker payudara merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh perempuan di dunia. Setiap detiknya, di dunia ditemukan kasus baru kanker payudara sehingga penyakit ini juga merupakan pembunuh utama perempuan.
Bahkan, di Asia trennya semakin banyak yang terkena kanker payudara di bawah usia 40 tahun dan biasanya sudah terdiagnosa setelah stadium lanjut. Perempuan yang memiliki faktor risiko terkena kanker payudara adalah mereka yang:
- Kelebihan berat badan
- Mengkonsumsi alkohol dan merokok
- Mendapatkan menstruasi di bawah umur 12 tahun
- Belum pernah melahirkan atau melahirkan di atas umur 35 tahun
- Menggunakan kontrasepsi oral
- Melakukan terapi hormon terkait fertilitas
- Tidak menyusui
- Memiliki riwayat keluarga dengan kanker
Sebagian besar perempuan tidak aware dengan kanker payudara karena beberapa hal berikut:
- Organ payudara yang tertutup
- Mahalnya biaya pemeriksaan klinis
- Kurangnya pengetahuan mengenai kanker payudara
- Takut terdiagnosa kanker payudara
Walau mahalnya biaya pemeriksaan klinis, perempuan bisa lho melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara Periksa Payudara Sendiri (SADARI). SADARI menjadi penting karena apabila kanker payudara ditemukan pada stadium awal memiliki survival rate yang tinggi.
Kalau menemukan benjolan, jangan panik tapi langsung konsultasi ke dokter. 9 dari 10 benjolan di payudara biasanya bukan kanker. Untuk pemeriksaan akurat perlu dilakukan rontgent, laboratorium hingga biopsi oleh dokter.
Kanker payudara memiliki ciri khas selain benjolan keras pada salah satu payudara yaitu,
- Permukaan payudara tidak rata
- Benjolan tidak mudah digerakkan
- Kemerahan pada kulit payudara
- Kulit payudara seperti kulit jeruk
- Luka tak kunjung sembuh di area payudara
Agar terhindar dari kanker payudara, dr Ratna menyarankan agar perempuan mengurangi konsumsi lemak, tetap bergerak aktif dan melakukan pemeriksaan dini seperti SADARI, dan pemeriksaan klinis ke dokter.
Di acara SORELLA Pink Talk: Breast Cancer Awareness, hadir pula Ibu Mitha Purba, penyintas kanker sekaligus Head of Support & Counselling Unit and Breast Cancer Survivor dari Love Pink Indonesia.
Ibu Mitha bercerita bahwa pada tahun 2000 di umurnya yang ke-34 tahun, dia menderita kanker tiroid stadium lanjut. Dokter memvonis kesempatan hidupnya hanya tinggal 6 bulan saja. Tentu saja hancur hati Ibu Mitha mendengar berita tersebut dan langsung teringat kedua anaknya yang masih kecil. Dia sempat tawar menawar dengan Tuhan, kalau boleh diberi kesempatan hidup sampai anaknya masuk SD karena menurutnya, apabila anak-anak sudah masuk SD, mereka sudah bisa mengurus diri mereka sendiri.
Anak-anak merupakan motivasi Ibu Mitha untuk melawan kanker tiroid yang dideritanya dan setelah berjuang selama 5 tahun, dia dinyatakan sembuh dari kanker tiroid.
Walau sudah berhasil melawan kanker tiroid, Ibu Mitha tidak meninggalkan gaya hidupnya sebagai perokok berat. Akibat kelalaiannya, pada tahun 2014, ditemukan 5 benjolan di dadanya dan divonis menderita kanker payudara stadium 3B. Ibu Mitha berpesan kepada perempuan yang hadir agar jangan lalai memeriksakan payudara karena kebanyakan hanya peduli memeriksakan kandungan melalui papsmear.
Hanya dibutuhkan waktu selama 4 hari bagi Ibu Mitha untuk memutuskan memerangi kanker payudara yang dideritanya. Pengobatan yang dilakukan bermula dari kemoterapi sebanyak 8 kali. Dilanjutkan dengan operasi pengangkatan payudara yang menyebabkan dia menjadi WTS (Wanita Tanpa Susu) dan diakhiri dengan rencana radiasi sebanyak 30 kali. Akan tetapi pada radiasi yang ke-25, sel kanker sudah tidak ada lagi dan prognosisnya bagus maka Ibu Mitha bisa beraktivitas seperti sediakala.
Sebagai wujud terimakasihnya kepada hidup, Ibu Mitha mendedikasikan dirinya di komunitas Love Pink Indonesia yang membantu mensosialisasikan deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Selain SADARI, perempuan Indonesia dengan rentang umur 25 tahun-35 tahun dapat mendeteksi kanker payudara dengan USG Mammae, di atas 40 tahun dengan mammografi.
Walau Ibu Mitha sudah menjadi WTS, dia masih memerlukan bra dari SORELLA. Kenapa? Anatomi payudara yang mengandung lemak, kelenjar, jaringan ikat dan cairan berfungsi untuk melawan gaya berat dari jaringan dan kulit yang menutupnya. Saat dilakukan mastektomi semuanya hilang sehingga kebanyakan perempuan akan membungkuk dan lama kelamaan postur tubuh seperti ini bila dibiarkan akan menimbulkan gangguan tulang belakang. Maka walaupun telah dilakukan mastektomi, perempuan tetap butuh memakai bra. Dan perlu diketahui juga bahwa memakai bra tidak terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
Nah, bra seperti apa yang dapat membantu penyintas kanker payudara?
Sorella, produk pakaian dalam yang berasal dari Taiwan hadir di Indonesia sejak 33 tahun lalu dan sudah menjadi top brand selama 7 tahun berturut-turut. Sorella memiliki varian bra yang disebut mastektomi dan menjual mastektomi pad. Bra mastektomi dari Sorella memiliki fitur padding yang dapat dilepaskan.
Produk ini dapat ditemukan di offline (department store) maupun online store (store).
Semoga dengan artikel ini perempuan Indonesia semakin menyadari pentingnya untuk pemeriksaan dini kanker payudara baik melalui SADARI atau mengunjungi dokter.